Hasil Observasi Psikologi Pendidikan Kelompok 2

v

Testimoni Belajar Psikologi Pendidikan

Kali ini saya akan menyampaikan testimoni saya selama saya belajar psikologi pendidikan. Mata kuliah yang satu ini sangat unik, karena tidak terdapat presentasi selama perkuliahan. Awalnya saya bingung dan bertanya kepada kawan- kawan kalau saya kelompok berapa dan membahas topik apa. Tetapi ternyata tidak ada mempresentasikan tugas kelompok di dalam kontrak. Yang pertama saya pikirkan ialah kok bisa? Karena selama dua semester saya berkuliah di Psikologi, pasti selalu presentasi.

 Kemudian kami perkelompok mendapatkan tugas untuk melakukan observasi ke sekolah-sekolah. Ini adalah tugas observasi pertama saya selama saya kuliah. Dan perasaan saya sangat amazed. Saya sangat antusias dalam mengerjakan tugas tersebut. Lalu kami juga mendapatkan tugas membuat blog sebelum UTS dan setelah UTS. Saya bersyukur mendapatkan ilmu-ilmu dari dosen dosen di Psikologi. Salah satunya dosen dalam mata kuliah Psikologi pendidikan yang sudah memberikan tugas membuat blog ini. Karena jujur, saya belum pernah menggunakan blog sama sekali. Saya kurang menyukain menulis di blog. Tetapi setelah mendapatkan tugas ini saya menyukai menulis. Apalagi banyak template- template yang cantik yang bersedia menghiasi blog saya.


Belajar di psikologi memberikan saya sangaaat banyak pelajaran yang bisa di aplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya belajar psikologi pendidikan. Selain bisa diaplikasikan untuk saya sendiri, bisa juga ketika saya sudah memiliki anak kelak hehe… Masih banyak orang tua, terutama ibu- ibu yang tidak mengetahui cara agar anaknya mau belajar. Dan mungkin kenapa anak tersebut malas belajar. Di Psikologi pendidikan sangat membantu para ibu untuk meningkatkan keinginan belajar si anak. Dan bisa menjadi temannya dalam berbagai hal terutama belajar.

Belajar

APA ITU PEMBELAJARAN?

            Proses belajar atau pembelajaran adalah focus utama dalam psikologi pendidikan. Ketika orang ditanya apa fungsi sekolah itu, mereka biasanya akan menjawab, “ Membantu murid untuk belajar.” Pembelajaran (Learning) dapat didefinisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir, yang diperoleh melalui pengalaman.
Tidak semua yang kita tahu itu diperoleh melalui belajar. Kita mewarisi beberapa kemampuan- kemampuan itu ada sejak lahir, tidak dipelajari. Misalnya, kita tidak harus diajari untuk menelan makanan, berteriak, atau berkedip saat silau. Pembelajaran melibatkan perilaku akademik dan non-akademik. Pembelajaran berlangsung di sekolah dan di mana saja di seputar dunia anak.

Pendekatan untuk Pembelajaran
            Telah ada pandangan tentang pendekatan untuk pembelajaran, di antaranya pendekatan kognitif dan behavioral.

Behavioral. Behaviorisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental. Proses Mental didefinisikan oleh Psikolog sebagai pikiran, perasaan, dan motif yang kita alami namun tidak bisa dilihat oleh orang lain. Proses mental antara lain ialah pemikiran anak tentang cara membuat poster, perasaan senang guru terhadap muridnya, dan motivasi anak untuk mengontrol perilakunya.

Kognitif. Kita akan mendiskusikan empat pendekatan kognitif utama untuk pembelajaran : kognitif social; pemrosesan informasi kognitif; konstruktivis kognitif; dan konstruktivis social. Kognitif social yang menekankan bagaimana factor perilaku, lingkungan, dan orang (kognitif) saling berinteraksi  memengaruhi proses pembelajaran.  Pemrosesan Informasi menitikberatkan pada bagaimana anak memproses informasi melalui perhatian, ingatan, pemikiran, dan proses kognitif lainnya. Konstruktivis kognitif menekankan konstruksi kognitif terhadap pengetahuan dan pemahaman. Konstruktivis social focus pada kolaborasi dengan orang lain untuk menghasilkan pengetahuan dan pemahaman.
Pendekatan Behavioral untuk Pembelajaran
Pendekatan behavioral menekankan arti penting dari bagaimana anak membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku, pendekatan behavioris pertama yang akan kita bahas adalah pengkondisian klasik.
Pengkondisian Klasik adalah tipe pembelajaran di mana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli. Dalam pengkondisian klasik, stimulus netral (seperti melihat seseorang)  diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna (seperti makanan) dan menimbulkan kapasitas untuk mengeluarkan respon yang sama.

Pengkondisian Operan (juga dinamakan pengkondisian instrumental) adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi- konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi, arsitek utama dari pengkondisian operan adalah B.F. Skinner, yang pandangannya didasarkan pada pandangan E.L. Thorndike.

Hukum Efek Thorndike. Hukum efek (law effect)  Thorndike menyatakan bahwa perilaku yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan bahwa perilaku yang diikuti hasil negative akan diperlemah.

Pengkondisian Operan Skinner. Penguatan dan Hukuman. Penguatan (imbalan) (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, Hukuman (Punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
Penguatan berarti memperkuat. Dalam penguatan positif, frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding), seperti dalam contoh di mana komentar positif guru meningkatkan perilaku menulis murid. Demikian pula, memuji orang tua yang mau hadir dalam rapat orang tua- guru mungkin akan mendorong mereka untuk kelak ikut rapat lagi.

Dalam penguatan negative, frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan) (friedman, 2002). Misalnya, ayah mengomeli putranya agar mau mengerjakan PR. Dia terus mengomel. Akhirnya, anak itu lelah mendengarkan omelan dan mengerjakan PR. Respons anak (mengerjakan PR) menghilangkan stimulus yang tidak menyenangkan (omelan).  Penguatan negative meningkatkan probabilitas terjadinya suatu perilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku.

Pendidikan Multikultural psikologi pendidikan

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang menghargai perbedaan dan mewadahi beragam perspektif dari berbagai kelompok kultural. Tujuan penting dari pendidikan multikultural adalah pemerataan kesempatan bagi semua murid. Pendidikan multikultural mencakup isu- isu yang berkaitan dengan status sosioekonomi, etnisitas, dan gender. Karena keadilan sosial adalah salah satu nilai dasar dari bidang ini, maka reduksi prasangka dan pedagogi ekuitas menjadi komponen utamanya. Reduksi prasangka adalah aktivitas yang dapat diimplementasikan guru di kelas untuk mengeliminasi pandangan negative dan stereotip terhadap orang lain. Pedagogi ekuitas adalah modifikasi proses pengajaran dengan memasukkan materi dan strategi pembelajaran yang tepat baik itu untuk anak laki- laki maupun perempuan dan untuk semua sekelompok etnis.

Istilah Pemberdayaan (empowerment) berarti memberi orang kemampuan intelektual dan keterampilan memecahkan masalah agar berhasil dan menciptakan dunia yang lebih adil.
Pendidikan yang berpusat pada isu juga merupakan aspek penting dari pendidikan multicultural. Dalam pendekatan ini, murid di ajari secara sistematis untuk mengkaji isu- isu yang berkaitan dengan kesetaraan dan keadilan sosial. Pendidikan ini tak hanya mengklarifikasi nilai, tetapi juga mengkaji alternatif dan konsekuensi dari pandangan tertentu yang dianut murid.

Meningkatkan hubungan di antara anak dari kelompok etnis yang berbeda- beda. Ada sejumlah strategi dan program untuk meningkatkan hubungan antar- anak dari kelompok etnis yang berbeda- beda. Pertama-tama, kita akan mengdiskusikan salah satu strategi yang paling kuat
·       Kontak personal dengan orang lain dari latar belakang kultural yang berbeda.
·       Pengambilan perspektif. ( latihan dan aktivitas yang membantu murid melihat perspektif orang lain dapat meningkatkan relasi antar etnis)
·       Pemikiran kritis dan intelegensi emosional.
·       Mengurangi bias. (berikut beberapa strategi antibias yang direkomendasikan untuk guru: )
-        Ciptakan lingkungan kelas antibias dengan memasang gambar anak dari berbagai latar belakang etnis dan kultural.
-        Pilih materi drama, seni, dan aktivitas kelas yang memperkaya pemahaman etnis dan cultural.
-        Gunakan boneka “persona” untuk anak kecil. Enam belas boneka mewakili latar belakang kultur dan etnis yang berbeda- beda. Masing- masing boneka mempunyai kisah hidup yang didesain untuk mengurangi bias.
-        Bantu murid menolak stereotip dan diskriminasi.
-        Ikutlah dalam aktivitas peningkatan kesadaran untuk memahami pandangan cultural anda sendiri secara lebih baik dan untuk menangani stereotip atau bias yang mungkin anda miliki.
-        Bangun dialog guru/ orang tua yang membuka diskusi tentang masing- masing pandangan; lakukan tukar menukar informasi tentang bagaimana anak mengembangkan prasangka prasangka; dan beri tahu orang tua tentang kurikulum antibias.

·       Meningkatkan toleransi.
·       Sekolah sebagai komunitas satu tim. (percaya bahwa tim komunitas merupakan cara terbaik untuk mendidik anak.)


Diberdayakan oleh Blogger.