Home / Archive for 2017
Testimoni Belajar Psikologi Pendidikan
Kali ini saya akan menyampaikan testimoni saya selama saya
belajar psikologi pendidikan. Mata kuliah yang satu ini sangat unik, karena
tidak terdapat presentasi selama perkuliahan. Awalnya saya bingung dan bertanya
kepada kawan- kawan kalau saya kelompok berapa dan membahas topik apa. Tetapi ternyata
tidak ada mempresentasikan tugas kelompok di dalam kontrak. Yang pertama saya
pikirkan ialah kok bisa? Karena selama dua semester saya berkuliah di
Psikologi, pasti selalu presentasi.
Kemudian kami
perkelompok mendapatkan tugas untuk melakukan observasi ke sekolah-sekolah. Ini
adalah tugas observasi pertama saya selama saya kuliah. Dan perasaan saya
sangat amazed. Saya sangat antusias dalam mengerjakan tugas tersebut. Lalu kami
juga mendapatkan tugas membuat blog sebelum UTS dan setelah UTS. Saya bersyukur
mendapatkan ilmu-ilmu dari dosen dosen di Psikologi. Salah satunya dosen dalam
mata kuliah Psikologi pendidikan yang sudah memberikan tugas membuat blog ini. Karena
jujur, saya belum pernah menggunakan blog sama sekali. Saya kurang menyukain
menulis di blog. Tetapi setelah mendapatkan tugas ini saya menyukai menulis. Apalagi
banyak template- template yang cantik yang bersedia menghiasi blog saya.
Belajar di psikologi
memberikan saya sangaaat banyak pelajaran yang bisa di aplikasikan di dalam
kehidupan sehari-hari. Salah satunya belajar psikologi pendidikan. Selain bisa
diaplikasikan untuk saya sendiri, bisa juga ketika saya sudah memiliki anak
kelak hehe… Masih banyak orang tua, terutama ibu- ibu yang tidak mengetahui
cara agar anaknya mau belajar. Dan mungkin kenapa anak tersebut malas belajar. Di
Psikologi pendidikan sangat membantu para ibu untuk meningkatkan keinginan
belajar si anak. Dan bisa menjadi temannya dalam berbagai hal terutama belajar.
Belajar
APA
ITU PEMBELAJARAN?
Proses
belajar atau pembelajaran adalah focus utama dalam psikologi pendidikan. Ketika
orang ditanya apa fungsi sekolah itu, mereka biasanya akan menjawab, “ Membantu
murid untuk belajar.” Pembelajaran (Learning) dapat didefinisikan sebagai
pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir, yang
diperoleh melalui pengalaman.
Tidak semua yang kita tahu itu diperoleh melalui
belajar. Kita mewarisi beberapa kemampuan- kemampuan itu ada sejak lahir, tidak
dipelajari. Misalnya, kita tidak harus diajari untuk menelan makanan,
berteriak, atau berkedip saat silau. Pembelajaran melibatkan perilaku akademik
dan non-akademik. Pembelajaran berlangsung di sekolah dan di mana saja di
seputar dunia anak.
Pendekatan
untuk Pembelajaran
Telah
ada pandangan tentang pendekatan untuk pembelajaran, di antaranya pendekatan
kognitif dan behavioral.
Behavioral.
Behaviorisme
adalah pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman
yang dapat diamati, bukan dengan proses mental. Proses Mental didefinisikan oleh Psikolog sebagai pikiran,
perasaan, dan motif yang kita alami namun tidak bisa dilihat oleh orang lain. Proses
mental antara lain ialah pemikiran anak tentang cara membuat poster, perasaan
senang guru terhadap muridnya, dan motivasi anak untuk mengontrol perilakunya.
Kognitif.
Kita
akan mendiskusikan empat pendekatan kognitif utama untuk pembelajaran :
kognitif social; pemrosesan informasi kognitif; konstruktivis kognitif; dan
konstruktivis social. Kognitif social yang
menekankan bagaimana factor perilaku, lingkungan, dan orang (kognitif) saling
berinteraksi memengaruhi proses
pembelajaran. Pemrosesan Informasi menitikberatkan pada bagaimana anak memproses
informasi melalui perhatian, ingatan, pemikiran, dan proses kognitif lainnya. Konstruktivis kognitif menekankan
konstruksi kognitif terhadap pengetahuan dan pemahaman. Konstruktivis social focus pada kolaborasi dengan orang lain untuk
menghasilkan pengetahuan dan pemahaman.
Pendekatan
Behavioral untuk Pembelajaran
Pendekatan behavioral menekankan arti penting dari
bagaimana anak membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku, pendekatan
behavioris pertama yang akan kita bahas adalah pengkondisian klasik.
Pengkondisian
Klasik adalah tipe pembelajaran di mana suatu organisme
belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli. Dalam pengkondisian
klasik, stimulus netral (seperti melihat seseorang) diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna
(seperti makanan) dan menimbulkan kapasitas untuk mengeluarkan respon yang
sama.
Pengkondisian
Operan (juga dinamakan pengkondisian instrumental) adalah
sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi- konsekuensi dari perilaku
menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi, arsitek
utama dari pengkondisian operan adalah B.F. Skinner, yang pandangannya
didasarkan pada pandangan E.L. Thorndike.
Hukum
Efek Thorndike. Hukum efek (law effect) Thorndike menyatakan bahwa
perilaku yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan bahwa perilaku
yang diikuti hasil negative akan diperlemah.
Pengkondisian
Operan Skinner. Penguatan dan Hukuman. Penguatan
(imbalan) (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya,
Hukuman (Punishment) adalah
konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
Penguatan berarti memperkuat. Dalam penguatan
positif, frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang
mendukung (rewarding), seperti dalam contoh di mana komentar positif guru
meningkatkan perilaku menulis murid. Demikian pula, memuji orang tua yang mau
hadir dalam rapat orang tua- guru mungkin akan mendorong mereka untuk kelak
ikut rapat lagi.
Dalam penguatan
negative, frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan
stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan) (friedman, 2002). Misalnya, ayah
mengomeli putranya agar mau mengerjakan PR. Dia terus mengomel. Akhirnya, anak
itu lelah mendengarkan omelan dan mengerjakan PR. Respons anak (mengerjakan PR)
menghilangkan stimulus yang tidak menyenangkan (omelan). Penguatan negative meningkatkan probabilitas
terjadinya suatu perilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya
perilaku.
Pendidikan Multikultural psikologi pendidikan
PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL
Pendidikan
multikultural adalah pendidikan yang menghargai
perbedaan dan mewadahi beragam perspektif dari berbagai kelompok kultural.
Tujuan penting dari pendidikan multikultural adalah pemerataan kesempatan bagi
semua murid. Pendidikan multikultural mencakup isu- isu yang berkaitan dengan
status sosioekonomi, etnisitas, dan gender. Karena keadilan sosial adalah salah
satu nilai dasar dari bidang ini, maka reduksi prasangka dan pedagogi ekuitas
menjadi komponen utamanya. Reduksi prasangka adalah aktivitas yang dapat
diimplementasikan guru di kelas untuk mengeliminasi pandangan negative dan
stereotip terhadap orang lain. Pedagogi ekuitas adalah modifikasi proses
pengajaran dengan memasukkan materi dan strategi pembelajaran yang tepat baik
itu untuk anak laki- laki maupun perempuan dan untuk semua sekelompok etnis.
Istilah Pemberdayaan
(empowerment) berarti memberi orang kemampuan intelektual dan keterampilan
memecahkan masalah agar berhasil dan menciptakan dunia yang lebih adil.
Pendidikan
yang berpusat pada isu juga merupakan aspek penting dari
pendidikan multicultural. Dalam pendekatan ini, murid di ajari secara
sistematis untuk mengkaji isu- isu yang berkaitan dengan kesetaraan dan
keadilan sosial. Pendidikan ini tak hanya mengklarifikasi nilai, tetapi juga
mengkaji alternatif dan konsekuensi dari pandangan tertentu yang dianut murid.
Meningkatkan
hubungan di antara anak dari kelompok etnis yang berbeda- beda. Ada
sejumlah strategi dan program untuk meningkatkan hubungan antar- anak dari
kelompok etnis yang berbeda- beda. Pertama-tama, kita akan mengdiskusikan salah
satu strategi yang paling kuat
· Kontak
personal dengan orang lain dari latar belakang kultural yang berbeda.
· Pengambilan
perspektif. ( latihan dan aktivitas yang membantu murid melihat perspektif
orang lain dapat meningkatkan relasi antar etnis)
· Pemikiran
kritis dan intelegensi emosional.
· Mengurangi
bias. (berikut beberapa strategi antibias yang direkomendasikan untuk guru: )
-
Ciptakan lingkungan kelas antibias
dengan memasang gambar anak dari berbagai latar belakang etnis dan kultural.
-
Pilih materi drama, seni, dan aktivitas
kelas yang memperkaya pemahaman etnis dan cultural.
-
Gunakan boneka “persona” untuk anak
kecil. Enam belas boneka mewakili latar belakang kultur dan etnis yang berbeda-
beda. Masing- masing boneka mempunyai kisah hidup yang didesain untuk
mengurangi bias.
-
Bantu murid menolak stereotip dan
diskriminasi.
-
Ikutlah dalam aktivitas peningkatan
kesadaran untuk memahami pandangan cultural anda sendiri secara lebih baik dan
untuk menangani stereotip atau bias yang mungkin anda miliki.
-
Bangun dialog guru/ orang tua yang
membuka diskusi tentang masing- masing pandangan; lakukan tukar menukar
informasi tentang bagaimana anak mengembangkan prasangka prasangka; dan beri
tahu orang tua tentang kurikulum antibias.
· Meningkatkan
toleransi.
· Sekolah
sebagai komunitas satu tim. (percaya bahwa tim komunitas merupakan cara terbaik
untuk mendidik anak.)
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
Mengenai Saya
Arsip Blog
Diberdayakan oleh Blogger.